Sifat Ragam
Bahasa Ilmu
1.
Baku
2.
Konotatif
3.
Berkomunikasi dengan pikiran bukan dengan perasaan.
4.
Kohesif
5.
Koheren
6.
Mengutamakan kalimat pasif
7.
Konsisten
8.
Logis
9.
Efektif
10.
Kuantitatif
1. Baku
Ragam bahasa ilmu harus mengikuti kaidah-kaidah bahasa
baku, yaitu dalam ragam tulisan menggunakan ejaan yang baku yakni EYD, dan
dalam ragam lisan menggunakan ucapan yang baku, menggunakan kata-kata, struktur
frasa, dan kalimat yang baku atau sudah di bakukan.
Contoh
:
Dikarenakan kekurangan dana, modal, tenaga ahli, dan
lain sebagainya, maka proyek pembangunan sarana telekomunikasi Indonesia
bagian timur kita terpaksa serahkan kepada pengusaha asing.(tidak baku)
Perbaikan :
Karena
kekurangan modal, tenaga, dan lain-lain, maka proyek pembangunan
sarana
telekomunikasi di Indonesia timur terpaksa kita serahkan kepada
pengusaha
asing. (baku).
2.
Denotatif
Kata-kata dan
istilah yang digunakan haruslah bermakna lugas, bukan konotatif dan tidak
bermakna ganda.
Contoh:
Sampai
saat ini masyarakat desa Bojongsoang belum memperoleh penerangan yang memadai. (tidak lugas)
Maksud kalimat diatas tidak jelas karena
kata penerangan mengandung makna
ganda, yaitu informasi atau listrik.
Perbaikan:
Sampai saat ini masyarakat desa
Bojongsoang belum memperoleh informasi yang
memadai.
Atau: Sampai saat ini masyarakat desa Bojongsoang
belum memperoleh listrik yang memadai.
3.
Berkomunikasi
dengan pikiran daripada perasaan
Ragam bahasa ilmu lebih bersifat tenang,
jelas, tidak berlebih-lebihan atau hemat, dan tidak emosional.
Contoh:
Sebaiknya
letak kampus tidak dekat dengan pasar, stasiun, terminal, atau tempat-tempat ramai lain-lainnya, sebab
jika dekat dengan tempat-tempat ramai
seperti itu kegiatan belajar akan mengalami gangguan. (tidak efisien)
Perbaikan:
Sebaiknya letak kampus tidak berdekatan
dengan tempat-tempat yang ramai supaya
kegiatan belajar tidak terganggu. (efisien).
4.
Kohesif
Agar tercipta hubungan
gramatik antara unsur-unsur, baik dalam kalimat maupun dalam alinea, dan juga hubungan
antara alinea yang satu dengan alinea yang lainnya bersifat padu maka digunakan
alat-alat penghubung, seperti kata-kata penunjuk, dan kata-kata penghubung.
Contoh
:
Musim hujan banjir.
Hujan turun dengan deras. Sinar matahari berkurang. Langit
selalu mendung dan tertutup awan. Baju di jemuran tidak kering dan berbau.
Untuk
memperbaikinya, di perlukan kata penghubung, sehingga paragraf diatas
menjadi seperti di bawah ini:
Di
saat musim hujan, banjir selalu datang. Karena
Hujan turun dengan deras. Sinar matahri berkurang
karena langit selalu mendung dan
tertutup awan. Sehingga baju di jemuran tidak kering dan berbau.
Kata
penghubung
dan,atau,tapi,kalau,karena,walaupun,meskipun,juga,bahkan,jadi/maka,sehing- ga,
supaya,agar,hanya,saja,lagipula,
5.
Koheren
Semua unsur
pembentuk kalimat atau alinea mendukung satu makna atau ide pokok.
Contoh :
Buku
merupakan investasi masa depan. Buku adalah jendela ilmu pengetahuan
yang bisa membuka cakrawala seseorang. Dibanding media pembelajaran
audiovisual, buku lebih mampu mengembangkan daya kreativitas
dan imajinasi anak-anak karena membuat otak lebih aktif mengasosiasikan
simbol dengan makna.Radio adalah
media alat elektronik yang banyak didengar di masyarakat.
Namun demikian, minat dan kemampuan mambaca tidak akan
tumbuh secara otomatis, tetapi harus melalui latihan dan pembiasaan.
Menciptakan generasi literat membutuhkan proses dan sarana yang kondusif.
Paragraf di atas dikatakan tidak koheren
karena terdapat satu kalimat yang melenceng
dari gagasan utamanya yaitu kalimat yang dicetak miring.
6.
Mengutamakan
Kalimat Pasif
Contoh:
Penulis melakukan penelitian ini
dilaboratorium.
Perbaikan:
Penelitian ini di lakukan
dilaboratorium.
7.
Konsisten
Konsisten dalam
segala hal, misalnya dalam penggunaan istilah, singkatan, tanda-tanda, dan juga
penggunaan kata ganti diri.
Untuk mengatasi penumpang yang melimpah menjelang dan usai
lebaran, pengusaha angkutan dihimbau mengoperasikan, semua kendaraan ekstra.
Untuk penumpang yang melimpah menjelang dan usai lebaran, telah disiapkan kendaraan yang cukup.
Pengusaha angkutan dihimbau mengoperasikan semua kendaraan ekstra.
8.
Logis
Ide atau pesan yang
disampaikan melalui bahasa Indonesia ragam ilmiah dapat diterima akal.
Contoh:
Alat itu basah kena bensin, tetapi sebentar
lagi juga akan menguap. (tidaklogis)
Perbaikan:
Alat itu basah kena bensin,
tetapi sebentar lagi bensin itu akan menguap.
9.
Efektif
Ide yang diungkapkan
sesuai dengan ide yang dimaksudkan baik oleh penutur atau oleh penulis, maupun
oleh penyimak atau pembaca.
Ciri-ciri kalimat efektif:
·
Kesepadanan
Suatu kalimat
efektif harus memenuhi unsur gramatikal yaitu subjek, predikat, objek dan
keterangan. Di dalam kalimat efektif harus memiliki keseimbangan dalam
pemakaian struktur bahasa.
Contoh:
Amara pergi ke sekolah, kemudian
Amara pergi ke rumah temannya untuk belajar. (tidak efektif)
Amara pergi ke
sekolah, kemudian kerumah temannya untuk belajar. (efektif)
10.
Kuantitatif
Keterangan yang
dikemukakan pada kalimat dapat diukur secara pasti.
Contoh:
Untuk menanam pohon itu,
diperlukan lubang yang cukup dalam.
Perbaikan:
Untuk menanam pohon itu, diperlukan lubang
dengan kedalaman satu meter.