--> 2013-12-08 | Bg Nur Komting

Meuntroe Sibujang Senang

Thursday 12 December 2013

no image

Makalah Sex reversal (BDP. PERTANIAN)


KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat allah subhanahu wata’ala karena berkat rahmatnya saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Sex reversal Makalah ini dianjurkan guna memenuhi tugas mata kuliah Genetika Dan Pemuliaan Ikan.
            Saya mengucapkan terimakasih ke pada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat di selesaikan sesuai dengan waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
            Semoga makalah ini memberikan informasi bagi mahasiswa dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.






                                                                                             Penulis
                                                                                   Reuleut  11 oktober 2013



1.PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Dewasa ini ikan nila merupakan salah satu ikan ekonomis penting di dunia yang sering dikenal dengan nama freshwater chiken. freshwater chiken sangat digemari masyarakat Jepang dan Eropa sehingga permintaan eksport ikan nila ke negara-negara tersebut dalam bentuk utuh maupun yang sudah di fillet terus meningkat. Disebabkan oleh minat masyarakatyang semakin meningkat maka ikan nila menjadi komiditi yang cukup menarik baik dalam usaha budidaya skala kecil sampai modal besar. Di Jawa Tengah ikan nila telah lama dibudidayakan secara luas oleh para pembudidaya secara luas oleh para pembudidaya ikan air tawar. Ketersediaan benih yang berkualitas baik/unggul sangatlah diperlukan oleh petani ikan kita agar didapatkan hasil produksi seperti yang diharapkan. Pada akhirnya keuntungan besar seperti keinginan petani ikan pada umumnya dapat diraih dan kesejahteraan pembudidaya ikan nila akan meningkat. Terlebih lagi semenjak adanya kasus KHV (Koi Herpes Virus) yang menyerang ikan mas dan koi maka ikan nila menjadi alternative ikan air tawar yang digemari petani untuk dibudidayakan masyarakan dan menjadi salah satu andalan dalam program rivitalisasi perikanan.
       Upaya meningkatkan produksi ikan nila secara terus dilakukan dengan berbagai macam cara. Salah satu cara/teknologi yang dapat dikembangkan adalah dengan menghasilkan benih yang seragam adalah dengan metode Sex Reversal dimana dengan metoda ini diupayakan agar dapat diperoleh benih ikan nila yang berkelamin tunggal, dalam hal ini benih ikan nila berkelamin jantan (monosex jantan). Dengan metoda ini diharapkan dapat meningkatkan hasil produksi.
        Ciri-ciri umum ikan nila adalah bentuk badannya panjang, bentuk tubuh pipih, sisik besar dan kasar, kepala relatif kecil, garis linea lateralis terputus dan terbagi dua yaitu bagian atas dan bagian bawah memiliki 5 buah sirip dengan rumus D.XVI.12 ; C.V.1.5 ;P,1,2 dan A,III,9. Nila biasa hidup diperairan tenang seperti danau, rawa dan waduk. Ikan nila termasuk ikan yang bersifat omnivora dan sangat menyukai makanan alami seperti Rotifera, Daphnia sp, Moina  dan benthos. Selain itu dapat juga diberi pakan tambahan seperti pellet, dedak dan lain –lain. Ikan nila yang dapat memijah sepanjang tahun dan mulai memijah pada umur 6 – 8 bulan. Dari seekor induk ikan nila betina seberat 200 – 400 gr dapat menghasilkan benih  sebanyak 500 – 1.000 ekor. 
 Ikan nila merah merupakan jenis ikan hibrida yang masuk ke Indonesia pada tahun 1980. Nila merah mempunyai laju pertumbuhan yang cepat dan menempati posisi yang strategis di pasar ekspor karena warna dan bentuk tubuhnya mirip dengan ikan kakap merah sehingga banyak diminta negara importir untuk substitusi ikan kakap merah. Ikan nila merah termasuk salah satu jenis ikan yang dapat memijah sepanjang tahun dan mulai memijah pada umur sekitar 6-8 bulan.  Fekunditas ikan nila merah betina dapat mencapai 2000-2500 ekor larva setiap bertelur dengan selang waktu antara 4-6 minggu.
1.2.Manfaat
 Penerapan sex reversal dapat menghasilkan populasi monosex (kelamin tunggal). Kegiatan budidaya secara monosex (monoculture) akan bermanfaat  dalam mempercepat pertumbuhan ikan. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan tingkat pertumbuhan antara ikan berjenis jantan dengan betina. Beberapa ikan yang berjenis jantan dapat tumbuh lebih cepat daripada jenis betina misalkan ikan nila dan ikan lele Amerika. Untuk mencegah pemijahan liar dapat dilakukan melalui teknik ini. Pemijahan liar yang tidak terkontrol dapat menyebabkan kolam  cepat penuh dengan berbagai ukuran ikan. Total biomass ikan tinggi namun kualitasnya rendah. Pemeliharaan ikan monoseks akan mencegah perkawinan dan pemijahan liar sehingga kolam tidak cepat dipenuhi ikan. Selain itu ikan yang dihasilkan akan berukuran besar dan seragam. Contoh ikan yang cepat berkembangbiak yaitu ikan nila dan mujair.Pada beberapa jenis ikan hias seperti cupang, guppy, kongo dan rainbow akan memiliki penampilan tubuh yang lebih baik pada jantan daripada ikan betina. Dengan demikian nilai jual ikan jantan lebih tinggi ketimbang ikan betina.
            Sex reversal juga dapat dimanfaatkan untuk teknik pemurnian ras ikan. Telah lama diketahui ikan dapat dimurnikan dengan teknik ginogenesis yang produknya adalah semua betina. Menjelang diferensiasi gonad sebagian dari populasi betina tersebut diambil dan diberi hormon androgen berupa metiltestosteron sehingga menjadi ikan jantan. Selanjutnya ikan ini dikawinkan dengan saudaranya dan diulangi beberapa kali sampai diperoleh ikan dengan ras murni.









2.PEMBAHASAN
2.1. Pengertian sex reversal
Sex reversal merupakan cara pembalikan arah perkembangan kelamin ikan yang seharusnya berkelamin jantan diarahkan perkembangan gonadnya menjadi betina atau sebaliknya. Teknik ini dilakukan pada saat belum terdiferensiasinya gonad ikan secara jelas antara jantang dan betina pada waktu menetas. Sex reversal merubah fenotif ikan tetapi tidak merubah genotifnya. Teknik sex reversal mulai dikenal pada tahun 1937 ketika estradiol 17 disintesis untuk pertama kalinya di Amerika Serikat. Pada mulanya teknik ini diterapkan pada ikan guppy (Poeciliareticulata).Kemudian dikembangkan oleh Yamamato di Jepang pada ikan medaka (Oryzias latipes). Ikan medaka betina yang diberi metiltestosteron akan berubah menjadi jantan. Setelah melalui berbagai penelitian teknik ini menyebar keberbagai negara lain dan diterapkan pada berbagai jenis ikan. Awalnya dinyakini bahwa saat yang baik untuk melakukan sex reversal adalah beberapa hari sebelum menetas (gonad belum didiferensiasikan).Teori ini pun berkembang karena adanya fakta yang menunjukkan bahwa sex reversal dapat diterapkan melalui embrio dan induk yang sedang bunting.
          Sex reversal merupakan suatu teknik untuk mengubah jenis kelamin buatan dari ikan jantan menjadi ikna betina atau sebaliknya. Borg (1994) menyatakan bahwa sex reversal merupakan teknik pembalikan jenis kelamin pada saat diferensiasi kelamin, yaitu pada saat otak dan embrio masih berada pada keadaan bi-potential dalam pembentukan kelamin secara fenotipe (morfologis, tingkah laku dan fungsi). Perubahan kelamin secara buatan akan sempurna jika dilakukan pada saat mulainya proses diferensiasi kelamin dan berlanjut sampai diferensiasi kelamin terjadi
   Sex reversal dapat dilakukan melalui terapi hormon (cara langsung) dan melalui rekayasa kromosom (cara tidak langsung). Pada terapi langsung hormon androgen dan estrogen mempengaruhi fenotif tetapi tidak mempengaruhi genotif. Metode langsung dapat diterapkan pada semua jenis ikan apapun sek kromosomnya.  Cara langsung dapat meminimalkan jumlah kematian ikan. Kelemahan dari cara ini adalah hasilnya tidak bisa seragam dikarenakan perbandingan alamiah kelamin yang tidak selalu sama. Misalkan pada ikan hias, nisbah kelamin anakan tidak selalu 1:1 tetapi 50% jantan:50% betina pada pemijahan pertama, dan 30% jantan:50% betina pada pemijahan berikutnya.
          Parthenogenesis adalah ovum yang tidak difertilisasi dapat diaktivasi dan berkembang menjadi individu normal Macrogini adalah perkembangan fragmen ovum. Fragmen atau potongan ovum dapat diperoleh dengan memotong ovum Andromerogani adalah perkembangan potongan ovum setelah terjadi fertilisasi yang tidak mengandung inti Parthenogenesis merogani adalah perkembangan potongan ovum tidak mengandung inti mengalami aktivasi ovum. Parthenogenesis dapat dilakukan di laboratorium antara lain dengan cara memasukkan jarum yang telah dicelup di dalam darah (cara klasik pada katak) Embrio dari hasil parthenogenesis yang dapat hidup umumnya adalah embrio diploid mungkin karena polar bodi IInya dipertahankan di dalam ovum Pada mammalia, semua individu parthenogenesis adalah betina.
          Laser akronim dari Light Amplificated Stimulated Emmision by Radiation atau Penguatan cahaya melalui emisi radiasi yang dirangsang dengan ditembakkannya pada titik akupunktur. Laser : alat penguatan cahaya yg memiliki atomatom-atom dalam keadaan tereksistasi, dari tingkat energi lebih rendah ke tingkat energi lebih tinggi dengan proses tertentu sehingga dapat menghasilkan sinar dengan sifat : – Monokromatis (berkas cahaya yg dikeluarkan hanya memiliki satu panjang gelombang). Paralel (berkas cahaya ygdihasilkan selalu sejajar. Berarti berkas cahaya yg menyebar sangat sedikit sehingga memungkinkan laser dapat menempuh jarak yg jauh dengan mempertahankan intensitasnya) Berarti berkas cahaya yg menyebar sangat sedikit sehingga memungkinkan laser dapat menempuh jarak jauh dengan mempertahankan intensitasnya Koheren (semua gelombang energinya selalu oheren berada dalam satu fase yang sama /sefase ). Brightness (berkas cahaya yg ke luar memiliki tingkat kecerahan tinggi) karena berhubungan dengan sempitnya atau kecilnya diameter berkas cahaya laser Laser merupakan cahaya gelombang pendek yg dapat menimbulkan inhibisi dan biostimulasi pada jaringan biologi (Chester, 1991). Laser berkekuatan rendah dapat memberikan biostimulasi seperti dapat : – meningkatkan daya regenerasi saraf, baik sentral maupun perifer – meningkatkan aktifitas seluler – meningkatkan kemampuan untuk memproduksi hormon dan enzim (Ken dan Rose, 1989)
2.2. Metode Sex Reversal
1.  Hormon Steroid
         Salah satu teknik reversal adalah dengan memberikan hormon steroid pada fase labil kelamin. Pada beberapa spesies iakn teleost gonochoristic, fisiologo kelamin dapat dengan mudah dimanipulasi melalui pemberian hormone steroid.(piferrer et al. 1994). Nagy et al. (1981) menjelaskan bahwa keberhasilan manipulasi kelamin pada ikan menggunakan hormn dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain : jenis dan umur ikan, dosis hormon, lama waktu, dan cara pemberian hormon serta lingkungan tempat pemberian hormon dilakukan. Ditekankan oleh Hunter dan Donaldson (1983), bahwa keberhasilan pemberian hormone sangat tergantung pada interval waktu perkembangan gonad, yaitu pada saat gonad dalam keadaan labil sehingga mudah dipengaruhi oleh hormon. Hrmon steroid yang dihasilkan oleh jaringan steroidogenik pada gonad terdiri atas hormone androgen untuk maskulinasi, esterogen untuk feminisasi dan progestin yang berhubungan dengan proses kehamilan (Hadley 1992).Namun pada tahap perkembangan gonad belum terdeferensiasi menjadi jantan atau betina, hormone steroid belum terbentuk sehingga pembentukan gonad dapat diarahkan dengan menggunakan hormone steroid sintetik (Hunter & Donaldson 1983).Salah satu jenis hrmon steroid sintetik yang banyak digunakan untuk proses sex reversal pada ikan (khususnya ikan nila) adalah hormon 17a-methyltestosterone(mt).Hormon 17a-methyltestosterone(mt) merupakan hormone androgen yang bersifat stabil dan mudah  dalam penanganan (Yamazaki 1983). Pemberiannya dapat dilakukan secara oral (Misnawati 1997), perendaman embrio alevin maupun larva (Laining 1995) maupun implantasi dan injeksi (Mirza & Shelton 1988).
2.  Aromatase dan Aromatase Inhibitor
           Selain dengan hormn steroid, diferensiasi kelamin juga dipengaruhi oleh ekspresi dari gen yang menghasilkan enzim aromatase (Patino 1997). Aromatase adalah enzim cytochrome P-450 yang mengkatalis perubahan dari androgen menjadi esterogen. Aktivitas enzim aromatase terbatas pada daerah dengan target estradiol dan berfungsi untuk mengatur jenis kelamin, reproduksi dan tingah laku (Callard et al. 1990). Ada 2 bentuk gen aromatsae pada ikan yaitu : aromatase otak dan armatase ovari. Aromatase ota berperan sebagai pengatur perilaku sex spesifik pada mamalia dan burung (Schlinger & Callard 1990, diacu dalam Melo & Ramsdell 2001) dan juga mengatur reproduksi pada ikan (Pasmanik et al. 1988, diacu dalam Melo & Ramsdell 2001).Aktivitas enzim aromatase pada otak teleostei 100-1000 kali lebih tinggi disbanding pada mamalia. Aktivitas enzim aromatase ovary kurang dari 1/10 kali aktivitas enzim aromatase otak. Fungsi cytocrome P-450 pada determinasi jenis kelamin telah teruji Karen merupakan enzim yang bertanggung jawab dalam proses aromatisasi dari androstenedinione menjadi estrone atau testosterone menjadi estradiol 17ß. Aktivitas enzim aromatase berkorelasi dengan struktur gonad, yaitu larva dengan aktivitas aromatase rendah akan mengarah pada terbentuknya testis, sedangkan aktivitas aromatase yang tinggi akan mengarah pada terbentuknya ovary.
Aromatase inhibitor berfungsi untuk menghambat kerja enzim aromatase dalam sintesis estrogen. Adanya penghambatan ini mengakibatkan terjadinya penurunan konsentrasi estrogen yang mengarah kepada tidak aktifnya transkripsi gen aromatasenya sebagai feedbacknya (Server et al. 1999). Penurunan rasio estrogen terhadap androgen menyebabkan terjadinya perubahan penampakan dari betina menjadi menyerupai jantan (terjadi maskulinasi karakteristik seksual sekunder). Secara umum, aromatase inhibitor menghambat aktivitas enzim melalui 2 cara, yaitu dengan menghambat proses transkripsi gen aromatase sehingga mRNA tidak terbentuk dan sebagai konsekuensinya enzim aromatase tidak ada (Server et al 1999). Cara kedua adalah melalui cara bersaing dengan substrat selain testosterone sehingga aktivitas enzim aromatase tidak berjalan (Brodie 1991).











3.PENUTUP
3.1. Kesimpulan
  1. inhibitor berfungsi untuk menghambat kerja enzim aromatase dalam sintesis Aromatase estrogen. Adanya penghambatan ini mengakibatkan terjadinya penurunan konsentrasi estrogen yang mengarah kepada tidak aktifnya transkripsi gen aromatase sebagai  feedback-nya. Penurunan rasio estrogen terhadap androgen menyebabkan terjadinya perubahan penampakan dari betina menjadi menyerupai jantan, dengan kata lain terjadi maskulinisasi karakteristik seksual sekunder.
  2. Pemberian hormon Aromatase Inhibitor (AI) dengan metode oral pada larva ikan nila merah ini dilakukan dengan tujuan sex reversal untuk penjantanan. Pemberian hormon ini dilakukan pada larva yang berumur 7-10 hari. Karena larva pada umur ini belum terjadi proses diferensiasi sex (belum pasti) jenis kelamin ikan.
  3. Ikan yang telah dilakukan perangsangan hormon belum bisa di identifikasi jenis kelamin dengan mata terbuka. Sehingga ikan yang telah dilakukan proses perangsangan tersebut belum diketahui prosentase terjadinya jantan dan betina.