SEJARAH DAN PROFIL KOTA BATAM
Kota Batam
adalah salah satu kotamadya di Provinsi Kepulauan Riau. Pusat kotanya terkenal
dengan istilah Batam Center. Kota ini terdiri atas 12 kecamatan. Ketika
dibangun pada tahun 1970-an awal kota ini hanya dihuni sekitar 6.000 penduduk,
namun kini telah berpenduduk 713.960 jiwa. Kota Batam merupakan sebuah pulau
yang terletak sangat strategis di sebelah utara Indonesia dan terletak di jalur
pelayaran internasional.
Masyarakat Kota Batam merupakan masyarakat heterogen yang terdiri dari beragam suku dan golongan. Dengan berpayungkan budaya melayu dan menjunjung tinggi Bhinneka tunggal ika, Kota Batam kondusif dalam usahanya mendukung kegiatan ekonomi, sosial politik serta budaya dalam masyarakat.
Masyarakat Kota Batam merupakan masyarakat heterogen yang terdiri dari beragam suku dan golongan. Dengan berpayungkan budaya melayu dan menjunjung tinggi Bhinneka tunggal ika, Kota Batam kondusif dalam usahanya mendukung kegiatan ekonomi, sosial politik serta budaya dalam masyarakat.
Kota ini
memiliki laju pertumbuhan penduduk yang cenderung stabil. Dalam kurun waktu
tahun 2001 hingga tahun 2005 memiliki rata-rata 6 persen pertahun.
Kota Batam dengan segala kelebihan dan kekurangannya saat ini telah menjadi kota metropolis. Harapan masyarakat Batam pada khususnya dan Bangsa Indonesia pada umumnya untuk menjadikan Batam sebagai lokomotif pembangunan Indonesia, telah menggerakkan kita untuk ikut serta dalam pembangunan, yang pada akhirnya Kota Batam dapat mewujudkan misinya menuju bandar dunia yang madani.
1. Sejarah
Kota Batam dengan segala kelebihan dan kekurangannya saat ini telah menjadi kota metropolis. Harapan masyarakat Batam pada khususnya dan Bangsa Indonesia pada umumnya untuk menjadikan Batam sebagai lokomotif pembangunan Indonesia, telah menggerakkan kita untuk ikut serta dalam pembangunan, yang pada akhirnya Kota Batam dapat mewujudkan misinya menuju bandar dunia yang madani.
1. Sejarah
Pulau Batam dihuni pertama kali oleh orang melayu dengan sebutan orang selat sejak tahun 231 Masehi. Pulau yang pernah menjadi medan perjuangan Laksamana Hang Nadim dalam melawan penjajah ini, digunakan oleh pemerintah pada dekade 1960-an sebagai basis logistik minyak bumi di Pulau Sambu.
2.Pendidikan
Kota Batam memiliki banyak sekolah negeri dan swasta mulai dari tingkat SD hingga SMA. Karena tidak adanya universitas negeri, perguruan Tinggi swasta banyak bermunculan di kota ini seperti Universitas Internasional Batam (UIB), Universitas Batam (Uniba), STIE Ibnu Sina, STT Bentang Betara, STT Bentara Persada, Universitas Riau Kepulauan (Unrika) dll.
3. Geografis
Kota yang merupakan bagian dari Provinsi Kepulauan Riau ini memiliki luas wilayah daratan seluas 715 km² atau sekitar 115% dari wilayah Singapura, sedangkan luas wilayah keseluruhan mencapai 1.570.35 km².
Kota Batam beriklim tropis dengan suhu rata-rata 26 sampai 34 bderajat celsius. Kota ini memiliki dataran yang berbukit dan berlembah, serta tumbuhan bakau pada garis pantai, yang semuanya merupakan karakteristik geografis kota.
4. Penduduk
Masyarakat Kota Batam merupakan masyarakat heterogen yang terdiri dari beragam suku dan golongan. Dengan berpayungkan budaya melayu dan menjunjung tinggi Bhinneka Tunggal Ika, Kota Batam menjadi kondusif dalam bergeraknya kegiatan ekonomi, sosial politik serta budaya dalam masyarakat. Hingga tahun 2006, Batam telah berpenduduk lebih dari 700.000 jiwa dan memiliki laju pertumbuhan penduduk yang cenderung stabil. Dalam kurun waktu tahun 2001 hingga tahun 2005 memliki angka pertumbuhan penduduk rata-rata 6 persen pertahun.
5. Perkembangan Batam
Pada dekade 1970-an, dengan tujuan awal menjadikan Batam sebagai Singapura-nya Indonesia, maka sesuai Keputusan Presiden nomor 41 tahun 1973, Pulau Batam ditetapkan sebagai lingkungan kerja daerah industri dengan didukung oleh Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam atau lebih dikenal dengan Badan Otorita Batam sebagai penggerak pembangunan Batam.
Seiring pesatnya perkembangan Pulau Batam, pada dekade 1980-an, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 34 tahun 1983, wilayah kecamatan Batam yang merupakan bagian dari kabupaten Kepulauan Riau, ditingkatkan statusnya menjadi Kotamadya Batam yang memiliki tugas dalam menjalankan administrasi pemerintahan dan kemasyarakatan serta mendudukung pembangunan yang dilakukan Otorita Batam. Di era Reformasi pada akhir dekade tahun 1990-an, dengan Undang-Undang nomor 53 tahun 1999, maka Kotamadya administratif Batam berubah statusnya menjadi daerah otonomi yaitu Pemerintah Kota Batam untuk menjalankan fungsi pemerintahan dan pembangunan dengan mengikutsertakan Badan Otorita Batam.
Dalam mewujudkan demokratisasi dan kelangsungan penyelenggaraan pemerintahan di kota Batam, pada bulan Januari 2006 yang lalu, diselenggarakan pemilihan walikota dan wakil walikota Batam. Melalui proses yang tertib dan aman, maka terpilih dan ditetapkannya Drs. H. Ahmad Dahlan dan Ir. Ria Saptarika sebagai Walikota dan Wakil Walikota Batam periode 2006-2011.
6. Sarana Dan Prasarana
Kota Batam
dalam perkembangannya dilengkapi oleh fasilitas-fasilitas dasar yaitu fasilitas
air bersih yang dikelola pada waduk-waduk penampungan air dengan total
kapasitas produksi 1.357 liter/detik dan ketersediaan pasokan energi listrik di
Kota Batam dilakukan melalui pembangkit listrik tenaga diesel dan tenaga gas
yang menghasilkan daya 450,687 KVA.
Untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat, fasilitas pendidikan telah tersedia mulai dari
jenjang taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah menengah hingga tingkat
perguruan tinggi. Terdapatnya fasilitas kesehatan berupa rumah sakit milik
pemerintah, rumah sakit swasta serta puskesmas, maka pelayanan kesehatan bagi
masyarakat dapat terpenuhi.
7. Akses Menuju
Batam
Akses menuju
Kota Batam sangat mudah. dengan adanya pelabuhan laut domestik dan
internasional serta didukung oleh Bandar Udara Internasional Hang Nadim
memberikan daya tarik dalam kunjungan yang datang maupun keluar dari Kota
Batam. Transportasi dalam kota pun didukung dengan keberadaan taksi, minibus
serta bus kota yang melayani masyarakat dalam beraktivitas. Sebagai kota
metropolis, bus pilot project sedang diujikan guna mewujudkan sistem
transportasi massal yang aman dan nyaman di masa yang akan datang.
8. Ekonomi
Kota Batam memiliki potensi maupun
kemampuan aktual untuk memberi kontribusi terhadap kemajuan ekonomi Nasional
maupun daerah sekitarnya. Posisinya yang sangat dekat dengan negara industri
baru Singapura, membuat kawasan ini sangat berpotensi untuk menampung luapan
ekonomi dari negara pulau yang sudah tergolong maju tersebut. Nilai ekonomis
kawasan ini sudah tak terbantahkan sejak dikembangkan secara terencana oleh
pemerintah. Sampai dengan Juni 2011, nilai ekspor nonmigas Batam
adalah US $ 4.7 juta, Kepulauan Riau US $ 5.3 juta, dan Indonesia adalah
US $ 79.034 juta serta Penanaman Modal Asing (PMA) adalah US $ 6.02
juta.
Pertumbuhan ekonomi Batam pada tahun
2010 adalah 7.77 % lebih tinggi dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi
nasional. Oleh karena itu wilayah ini dijadikan sebagai pemacu
pertumbuhan ekonomi secara nasional maupun bagi Provinsi Kepulauan Riau. Adapun
sektor penggerak ekonomi yang merupakan nadi perekonomian kota Batam meliputi
sektor komunikasi, sektor listrik, air dan gas, sektor perbankan, sektor
industri dan alih kapal, sektor perdagangan dan jasa. Produk yang dihasilkan
tidak hanya merupakan konsumsi masyarakat Batam dan Indonesia tetapi juga
merupakan komoditi ekspor untuk negara lain. Kemudian diharapkan terciptanya
pembangunan Batam yang berkesinambungan. Batam bersama dengan Bintan dan
Karimun kini telah berstatus sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Dengan ini
diharapkan dapat meningkatkan investasi di Batam yang pada akhirnya ditujukan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Singapura adalah sebuah republik,
wilayahnya meliputi pulau yang letaknya tak jauh dari Pulau Batam (Propinsi Kepulauan
Riau). Sumberdaya alam Singapura jelas tak seberapa jika dibandingkan dengan
Pulau Batam. Namun yang menonjol di “republik mini” ini ialah sumberdaya
manusianya. Kuantitasnya tak banyak, sekitar 5 juta jiwa. Tetapi kualitasnya,
khususnya dalam bidang perekonomian, sudah sangat berkembang. Maka tak heran
jika pendapatan perkapita di “negara pulau” itu sudah sangat tinggi. Ekonomi
Singapura memang tumbuh pesat, hingga segera bisa beradaptasi dengan
globalisasi. Bahkan, Singapura telah tampil sebagai salah satu pusat
pertumbuhan ekonomi dunia.
Belasan
tahun yang lalu muncul konsep “segi tiga pertumbuhan”, meliputi
Singapura, Batam dan Johor (Malaysia). Konsep tersebut tentu saja diharapkan
mampu mengkatrol perekonomian Indonesia, dengan Batam sebagai pusat
pertumbuhannya. Pertumbuhan ekonomi Singapura yang meluber diharapkan mampu
memacu pertumbuhan ekonomi wilayah sekitarnya, termasuk Batam dan daerah
Kepulauan Riau lainnya. Konsep segitiga pertumbuhan tak lain merupakan langkah
antisipasi terhadap globalisasi ekonomi, yang juga diharapkan mampu
menumbuh-kembangkan kualitas sumberdaya manusia di wilayah tersebut.
Dengan
“didekatkannya” Singapura dan Batam serta pulau-pulau lainnya, paling tidak
“etos kerja” dan “budaya profesionalisme” Singapura diharapkan bisa
diteladanani. Memang erat kaitannya antara pengembangan kualitas sumberdaya
dengan profesionalisme, apalagi jika dikaitkan dengan globalisasi ekonomi yang
menuntut kemampuan untuk bersaing.
Tak bisa
dipungkiri bahwa dalam situasi ekonomi global terjadi persaingan yang semakin
erat. Keunggulan secara kuantitas, yang juga dikenal sebagai “keunggulan
komparatif” sama sekali belum mencukupi.
Bagaimanapun
dalam situasi dan kondisi yang semakin mengglobal dituntut adanya “keunggulan
kompetitif”. Untuk meraih hal itu, tak ada pilihan lain, budaya profesionalisme
harus dikembangkan. Kuantitas sumberdaya manusia Indonesia memang berkekuatan
sekitar 237 juta jiwa, perlu diimbangi dengan upaya pengembangan kualitasnya.
Bagaimana
agar budaya profesionalisme mengakar dan menjadi jati diri bangsa Indonesia.
Hal ini merupakan tuntutan internal dan eksternal. Menyongsong era tinggal
landas faktor kualitas sumberdaya manusia, termasuk budaya profesionalisme,
perlu lebih ditumbuhkembangkan. Selain itu, hanya dengan kualitas yang semakin
membaiklah bangsa ini bisa semakin mantap dan stabil.
Sekali lagi
profesionalisme merupakan tuntutan mutlak dalam upaya mengantisipasi
globalisasi ekonomi. Dengan demikian, unit-unit ekonomi dan pelaku ekonomi di
Indonesia sudah selayaknya meningkatkan perhatian terhadap hal itu.
Bagaimanapun, untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang dinamis perlu
didukung oleh budaya profesionalisme.
Pesatnya
pertumbuhan ekonomi Indonesia memang diakui dunia, hingga ada yang pernah
mencalonkan sebagai “macan Asia”. Hal tersebut menjadi bukti, bahwa Indonesia
berpeluang besar untuk mensejajarkan diri dengan negara-negara “ekonomi maju”.
Namun persoalannya kembali pada kualitas sumberdaya manusia, terutama
menyangkut budaya profesionalisme.
Setidaknya
kita patut memperhatikan dengan sungguh-sungguh, bagaimana orang Jepang
bekerja, bagaimana manajemen yang diterapkan di perusahaan-perusahaan Jepang.
Amerika Serikat, Jerman, atau negara-negara lainnya? Bagaimana pengelolaan dan
pengembangan kualitas sumberdaya manusia di negara-negara tersebut, serta
bagaimana budaya profesionalisme di sana? Persoalan-persoalan itulah yang patut
ditelaah dan dijadikan bahan studi kasus serta studi perbandingan.
Untuk menumbuh-kembangkan budaya
profesionalisme memang bukan pekerjaan mudah, diperlukan beberapa dekade.
Dengan demikian, dalam pembangunan jangka panjang berikut, hal ini perlu lebih
diprioritaskan. Percepatan globalisasi ekonomi harus mampu diantisipasi agar
partisipasi dan kontribusi bangsa kita bisa lebih eksis.
Perkembangan wilayah Pulau Batam dalam konteks
segitiga pertumbuhan Singapura-Johor-Riau. Pengembangan Pulau Batam memang
secara eksplisit telah menjadi kebijakan pemerintah Indonesia, karena posisi Pulau
Batam yang strategis secara politik maupun ekonomi. Oleh karena itu berbagai
kebijakan pengembangan telah dikeluarkan untuk membangun Pulau Batam.
Pemerintah Singapura juga sangat berkepentingan dengan Pulau Batam sebagai
tempat untuk mengakomodasi pertumbuhan ekonomi di Singapura yang memerlukan
akomodasi baru. Oleh karena itu pemerintah Singapura menawarkan konsep segitiga
pertumbuhan Singapura-Johor-Riau, yang disambut secara antusias oleh pemerintah
Indonesia. Diterimanya konsep segitiga pertumbuhan Sijori telah mendorong
pertumbuhan di Pulau Batam sebagai tempat kegiatan ekonomi dan bisnis yang
berkembang pesat. Pertumbuhan ini tidak terlepas dari peran Singapura terbukti dari
dominannya perusahaan dan investasi yang berasal dari Singapura di Pulau Batam.
Studi ini menyimpulkan bahwa secara obyektif Pulau Batam telah mengalami
kemajuan yang pesat dengan diterimanya konsep segitiga pertumbuhan Sijori, dan
perkembangan sektor manufaktur yang begitu pesat telah menjadi salah satu bukti
bahwa Pulau Batam khususnya telah menikmati pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Di
samping komitmen pemerintah Indonesia sebagai fasilitator, pertumbuhan Pulau Batam
tidak terlepas dari peran para pengusaha dan investor yang berasal dari
Singapura.
9. Pariwisata
Jembatan Barelang yang menghubungkan pulau Batam dan pulau Rempang, serta
pulau Galang, Jembatan Barelang yang menghubungkan pulau Batam dan pulau Rempang,
serta pulau Galang. Salah satu contoh wisatawati di jembatan Barelang. Kota
Batam sebagai kota pariwisata, menyajikan aneka bentuk sarana wisata yaitu
wisata laut dan pantai, wisata seni dan budaya, wisata belanja, wisata ekonomi
dan konferensi, serta wisata kemanusiaan. Didukung oleh tersedianya fasilitas
hotel dan resort dengan standar berkelas internasional serta aneka peristiwa
yang disusun dalam Kalender Kegiatan Kepariwisataan Kota Batam sehingga
diharapkan dapat menjamin kenyamanan dan kepuasan wisatawan domestik maupun
mancanegara dalam berkunjung ke Kota Batam
No comments:
Post a Comment