--> SEJARAH DAN PROFIL KOTA BATAM | Bg Nur Komting

Meuntroe Sibujang Senang

Wednesday 30 May 2012

SEJARAH DAN PROFIL KOTA BATAM

| Wednesday 30 May 2012

SEJARAH DAN PROFIL KOTA BATAM

Kota Batam adalah salah satu kotamadya di Provinsi Kepulauan Riau. Pusat kotanya terkenal dengan istilah Batam Center. Kota ini terdiri atas 12 kecamatan. Ketika dibangun pada tahun 1970-an awal kota ini hanya dihuni sekitar 6.000 penduduk, namun kini telah berpenduduk 713.960 jiwa. Kota Batam merupakan sebuah pulau yang terletak sangat strategis di sebelah utara Indonesia dan terletak di jalur pelayaran internasional.
Masyarakat Kota Batam merupakan masyarakat heterogen yang terdiri dari beragam suku dan golongan. Dengan berpayungkan budaya melayu dan menjunjung tinggi Bhinneka tunggal ika, Kota Batam kondusif dalam usahanya mendukung kegiatan ekonomi, sosial politik serta budaya dalam masyarakat.
Kota ini memiliki laju pertumbuhan penduduk yang cenderung stabil. Dalam kurun waktu tahun 2001 hingga tahun 2005 memiliki rata-rata 6 persen pertahun.
Kota Batam dengan segala kelebihan dan kekurangannya saat ini telah menjadi kota metropolis. Harapan masyarakat Batam pada khususnya dan Bangsa Indonesia pada umumnya untuk menjadikan Batam sebagai lokomotif pembangunan Indonesia, telah menggerakkan kita untuk ikut serta dalam pembangunan, yang pada akhirnya Kota Batam dapat mewujudkan misinya menuju bandar dunia yang madani.

1. Sejarah

       Pulau Batam dihuni pertama kali oleh orang melayu dengan sebutan orang selat sejak tahun 231 Masehi. Pulau yang pernah menjadi medan perjuangan Laksamana Hang Nadim dalam melawan penjajah ini, digunakan oleh pemerintah pada dekade 1960-an sebagai basis logistik minyak bumi di Pulau Sambu.



2.Pendidikan

       Kota Batam memiliki banyak sekolah negeri dan swasta mulai dari tingkat SD hingga SMA. Karena tidak adanya universitas negeri, perguruan Tinggi swasta banyak bermunculan di kota ini seperti Universitas Internasional Batam (UIB), Universitas Batam (Uniba), STIE Ibnu Sina, STT Bentang Betara, STT Bentara Persada, Universitas Riau Kepulauan (Unrika) dll.

3. Geografis

       Kota yang merupakan bagian dari Provinsi Kepulauan Riau ini memiliki luas wilayah daratan seluas 715 km² atau sekitar 115% dari wilayah Singapura, sedangkan luas wilayah keseluruhan mencapai 1.570.35 km².
Kota Batam beriklim tropis dengan suhu rata-rata 26 sampai 34 bderajat celsius. Kota ini memiliki dataran yang berbukit dan berlembah, serta tumbuhan bakau pada garis pantai, yang semuanya merupakan karakteristik geografis kota.

4. Penduduk

       Masyarakat Kota Batam merupakan masyarakat heterogen yang terdiri dari beragam suku dan golongan. Dengan berpayungkan budaya melayu dan menjunjung tinggi Bhinneka Tunggal Ika, Kota Batam menjadi kondusif dalam bergeraknya kegiatan ekonomi, sosial politik serta budaya dalam masyarakat. Hingga tahun 2006, Batam telah berpenduduk lebih dari 700.000 jiwa dan memiliki laju pertumbuhan penduduk yang cenderung stabil. Dalam kurun waktu tahun 2001 hingga tahun 2005 memliki angka pertumbuhan penduduk rata-rata 6 persen pertahun.

5. Perkembangan Batam

       Pada dekade 1970-an, dengan tujuan awal menjadikan Batam sebagai Singapura-nya Indonesia, maka sesuai Keputusan Presiden nomor 41 tahun 1973, Pulau Batam ditetapkan sebagai lingkungan kerja daerah industri dengan didukung oleh Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam atau lebih dikenal dengan Badan Otorita Batam sebagai penggerak pembangunan Batam.
                         
       Seiring pesatnya perkembangan Pulau Batam, pada dekade 1980-an, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 34 tahun 1983, wilayah kecamatan Batam yang merupakan bagian dari kabupaten Kepulauan Riau, ditingkatkan statusnya menjadi Kotamadya Batam yang memiliki tugas dalam menjalankan administrasi pemerintahan dan kemasyarakatan serta mendudukung pembangunan yang dilakukan Otorita Batam.      Di era Reformasi pada akhir dekade tahun 1990-an, dengan Undang-Undang nomor 53 tahun 1999, maka Kotamadya administratif Batam berubah statusnya menjadi daerah otonomi yaitu Pemerintah Kota Batam untuk menjalankan fungsi pemerintahan dan pembangunan dengan mengikutsertakan Badan Otorita Batam.

       Dalam mewujudkan demokratisasi dan kelangsungan penyelenggaraan pemerintahan di kota Batam, pada bulan Januari 2006 yang lalu, diselenggarakan pemilihan walikota dan wakil walikota Batam. Melalui proses yang tertib dan aman, maka terpilih dan ditetapkannya Drs. H. Ahmad Dahlan dan Ir. Ria Saptarika sebagai Walikota dan Wakil Walikota Batam periode 2006-2011.

6. Sarana Dan Prasarana
Kota Batam dalam perkembangannya dilengkapi oleh fasilitas-fasilitas dasar yaitu fasilitas air bersih yang dikelola pada waduk-waduk penampungan air dengan total kapasitas produksi 1.357 liter/detik dan ketersediaan pasokan energi listrik di Kota Batam dilakukan melalui pembangkit listrik tenaga diesel dan tenaga gas yang menghasilkan daya 450,687 KVA.
Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, fasilitas pendidikan telah tersedia mulai dari jenjang taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah menengah hingga tingkat perguruan tinggi. Terdapatnya fasilitas kesehatan berupa rumah sakit milik pemerintah, rumah sakit swasta serta puskesmas, maka pelayanan kesehatan bagi masyarakat dapat terpenuhi.
7. Akses Menuju Batam
Akses menuju Kota Batam sangat mudah. dengan adanya pelabuhan laut domestik dan internasional serta didukung oleh Bandar Udara Internasional Hang Nadim memberikan daya tarik dalam kunjungan yang datang maupun keluar dari Kota Batam. Transportasi dalam kota pun didukung dengan keberadaan taksi, minibus serta bus kota yang melayani masyarakat dalam beraktivitas. Sebagai kota metropolis, bus pilot project sedang diujikan guna mewujudkan sistem transportasi massal yang aman dan nyaman di masa yang akan datang.

8. Ekonomi
Kota Batam memiliki potensi maupun kemampuan aktual untuk memberi kontribusi terhadap kemajuan ekonomi Nasional maupun daerah sekitarnya. Posisinya yang sangat dekat dengan negara industri baru Singapura, membuat kawasan ini sangat berpotensi untuk menampung luapan ekonomi dari negara pulau yang sudah tergolong maju tersebut. Nilai ekonomis kawasan ini sudah tak terbantahkan sejak dikembangkan secara terencana oleh pemerintah. Sampai dengan Juni 2011, nilai ekspor nonmigas Batam adalah US $ 4.7 juta, Kepulauan Riau US $ 5.3 juta, dan Indonesia adalah US $ 79.034 juta serta Penanaman Modal Asing (PMA) adalah US $ 6.02 juta.
Pertumbuhan ekonomi Batam pada tahun 2010 adalah 7.77 % lebih tinggi dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi nasional.  Oleh karena itu wilayah ini dijadikan sebagai pemacu pertumbuhan ekonomi secara nasional maupun bagi Provinsi Kepulauan Riau. Adapun sektor penggerak ekonomi yang merupakan nadi perekonomian kota Batam meliputi sektor komunikasi, sektor listrik, air dan gas, sektor perbankan, sektor industri dan alih kapal, sektor perdagangan dan jasa. Produk yang dihasilkan tidak hanya merupakan konsumsi masyarakat Batam dan Indonesia tetapi juga merupakan komoditi ekspor untuk negara lain. Kemudian diharapkan terciptanya pembangunan Batam yang berkesinambungan. Batam bersama dengan Bintan dan Karimun kini telah berstatus sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Dengan ini diharapkan dapat meningkatkan investasi di Batam yang pada akhirnya ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Singapura adalah sebuah republik, wilayahnya meliputi pulau yang letaknya tak jauh dari Pulau Batam (Propinsi Kepulauan Riau). Sumberdaya alam Singapura jelas tak seberapa jika dibandingkan dengan Pulau Batam. Namun yang menonjol di “republik mini” ini ialah sumberdaya manusianya. Kuantitasnya tak banyak, sekitar 5 juta jiwa. Tetapi kualitasnya, khususnya dalam bidang perekonomian, sudah sangat berkembang. Maka tak heran jika pendapatan perkapita di “negara pulau” itu sudah sangat tinggi. Ekonomi Singapura memang tumbuh pesat, hingga segera bisa beradaptasi dengan globalisasi. Bahkan, Singapura telah tampil sebagai salah satu pusat pertumbuhan ekonomi dunia.
Belasan tahun yang lalu muncul konsep “segi tiga pertumbuhan”,  meliputi Singapura, Batam dan Johor (Malaysia). Konsep tersebut tentu saja diharapkan mampu mengkatrol perekonomian Indonesia, dengan Batam sebagai pusat pertumbuhannya. Pertumbuhan ekonomi Singapura yang meluber diharapkan mampu memacu pertumbuhan ekonomi wilayah sekitarnya, termasuk Batam dan daerah Kepulauan Riau lainnya. Konsep segitiga pertumbuhan tak lain merupakan langkah antisipasi terhadap globalisasi ekonomi, yang juga diharapkan mampu menumbuh-kembangkan kualitas sumberdaya manusia di wilayah tersebut.
Dengan “didekatkannya” Singapura dan Batam serta pulau-pulau lainnya, paling tidak “etos kerja” dan “budaya profesionalisme” Singapura diharapkan bisa diteladanani. Memang erat kaitannya antara pengembangan kualitas sumberdaya dengan profesionalisme, apalagi jika dikaitkan dengan globalisasi ekonomi yang menuntut kemampuan untuk bersaing.
Tak bisa dipungkiri bahwa dalam situasi ekonomi global terjadi persaingan yang semakin erat. Keunggulan secara kuantitas, yang juga dikenal sebagai “keunggulan komparatif” sama sekali belum mencukupi.
Bagaimanapun dalam situasi dan kondisi yang semakin mengglobal dituntut adanya “keunggulan kompetitif”. Untuk meraih hal itu, tak ada pilihan lain, budaya profesionalisme harus dikembangkan. Kuantitas sumberdaya manusia Indonesia memang berkekuatan sekitar 237 juta jiwa, perlu diimbangi dengan upaya pengembangan kualitasnya.
Bagaimana agar budaya profesionalisme mengakar dan menjadi jati diri bangsa Indonesia. Hal ini merupakan tuntutan internal dan eksternal. Menyongsong era tinggal landas faktor kualitas sumberdaya manusia, termasuk budaya profesionalisme, perlu lebih ditumbuhkembangkan. Selain itu, hanya dengan kualitas yang semakin membaiklah bangsa ini bisa semakin  mantap dan stabil.
Sekali lagi profesionalisme merupakan tuntutan mutlak dalam upaya mengantisipasi globalisasi ekonomi. Dengan demikian, unit-unit ekonomi dan pelaku ekonomi di Indonesia sudah selayaknya meningkatkan perhatian terhadap hal itu. Bagaimanapun, untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang dinamis perlu didukung oleh budaya profesionalisme.
Pesatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia memang diakui dunia, hingga ada yang pernah mencalonkan sebagai “macan Asia”. Hal tersebut menjadi bukti, bahwa Indonesia berpeluang besar untuk mensejajarkan diri dengan negara-negara “ekonomi maju”. Namun persoalannya kembali pada kualitas sumberdaya manusia, terutama menyangkut budaya profesionalisme.
Setidaknya kita patut memperhatikan dengan sungguh-sungguh, bagaimana orang Jepang bekerja, bagaimana manajemen yang diterapkan di perusahaan-perusahaan Jepang. Amerika Serikat, Jerman, atau negara-negara lainnya? Bagaimana pengelolaan dan pengembangan kualitas sumberdaya manusia di negara-negara tersebut, serta bagaimana budaya profesionalisme di sana? Persoalan-persoalan itulah yang patut ditelaah dan dijadikan bahan studi kasus serta studi perbandingan.
Untuk menumbuh-kembangkan budaya profesionalisme memang bukan pekerjaan mudah, diperlukan beberapa dekade. Dengan demikian, dalam pembangunan jangka panjang berikut, hal ini perlu lebih diprioritaskan. Percepatan globalisasi ekonomi harus mampu diantisipasi agar partisipasi dan kontribusi bangsa kita bisa lebih eksis.
 Perkembangan wilayah Pulau Batam dalam konteks segitiga pertumbuhan Singapura-Johor-Riau. Pengembangan Pulau Batam memang secara eksplisit telah menjadi kebijakan pemerintah Indonesia, karena posisi Pulau Batam yang strategis secara politik maupun ekonomi. Oleh karena itu berbagai kebijakan pengembangan telah dikeluarkan untuk membangun Pulau Batam. Pemerintah Singapura juga sangat berkepentingan dengan Pulau Batam sebagai tempat untuk mengakomodasi pertumbuhan ekonomi di Singapura yang memerlukan akomodasi baru. Oleh karena itu pemerintah Singapura menawarkan konsep segitiga pertumbuhan Singapura-Johor-Riau, yang disambut secara antusias oleh pemerintah Indonesia. Diterimanya konsep segitiga pertumbuhan Sijori telah mendorong pertumbuhan di Pulau Batam sebagai tempat kegiatan ekonomi dan bisnis yang berkembang pesat. Pertumbuhan ini tidak terlepas dari peran Singapura terbukti dari dominannya perusahaan dan investasi yang berasal dari Singapura di Pulau Batam. Studi ini menyimpulkan bahwa secara obyektif Pulau Batam telah mengalami kemajuan yang pesat dengan diterimanya konsep segitiga pertumbuhan Sijori, dan perkembangan sektor manufaktur yang begitu pesat telah menjadi salah satu bukti bahwa Pulau Batam khususnya telah menikmati pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Di samping komitmen pemerintah Indonesia sebagai fasilitator, pertumbuhan Pulau Batam tidak terlepas dari peran para pengusaha dan investor yang berasal dari Singapura.

9. Pariwisata
Jembatan Barelang yang menghubungkan pulau Batam dan pulau Rempang, serta pulau Galang, Jembatan Barelang yang menghubungkan pulau Batam dan pulau Rempang, serta pulau Galang. Salah satu contoh wisatawati di jembatan Barelang. Kota Batam sebagai kota pariwisata, menyajikan aneka bentuk sarana wisata yaitu wisata laut dan pantai, wisata seni dan budaya, wisata belanja, wisata ekonomi dan konferensi, serta wisata kemanusiaan. Didukung oleh tersedianya fasilitas hotel dan resort dengan standar berkelas internasional serta aneka peristiwa yang disusun dalam Kalender Kegiatan Kepariwisataan Kota Batam sehingga diharapkan dapat menjamin kenyamanan dan kepuasan wisatawan domestik maupun mancanegara dalam berkunjung ke Kota Batam

Related Posts

No comments: